Banyak orang tidak menyadari pentingnya seorang pemulung. Beberapa justru memandang sebelah mata pekerjaan tersebut. Salah seorang wali murid saya adalah seorang pemulung. Melihat anaknya, saya sering kasihan, karena diolok-olok bau sampah oleh teman-temannya.
Akhirnya saya mencoba mengedukasi
murid-murid saya bahwa profesi pemulung itu sangat berharga. Tidak semua orang
sanggup menjadi pemulung. Kalau menjadi pegawai kantor semua bisa, berangkat
naik mobil, bekerja di tempat yang dingin ber-AC, pekerjaannya hanya di depan
laptop tidak perlu mengeluarkan tenaga berat. Semua juga pasti mau menjadi
pegawai kantoran.
Kalau pemulung, siapa yang mau
jadi pemulung, siapa yang mau bekerja di bawah terik matahari? Mengais sampah
yang berbau busuk? Mengangkat sampah yang berat? Pasti banyak orang tidak mau.
Tetapi apa jadinya kalau tidak
ada yang mau jadi pemulung? Sampah berserakan dimana-mana tidak ada yang mau
mengambil. Kalau sampah menumpuk otomatis banyak lalat, selain itu juga aroma
bau busuk menyebar kemana-mana. Lingkungan jadi kotor dan tercemar. Kemana mata
memandang yang ada hanyalah tumpukan sampah. Kemana hidung menghirup yang ada
hanyalah aroma busuk sampah. Kalau sudah begini barulah kita menyadari
pentingnya kinerja seorang pemulung. Betapa kita butuh para pemulung untuk
menjaga lingkungan kita.
Pada kesempatan itu aku juga
membacakan profil Siti Salamah Pejuang Dari Banten yang menaikkan derajat hidup
para pemulung di Tangerang Banten. Murid-muridku menyimak dengan antusias dan
banyak bertanya mengenai kegiatan Siti Salamh yang aku sebut sebagai Pejuang
Pemulung.
Tak heran bila akhirnya Siti
Salamah pada tahun 2021 menjadi pemenang Satu Indonesia Award (SIA). Atas jerih
payahnya tersebut, Alvinia Christiany berhasil menjadi salah satu penerima
apresiasi 12th SATU Indonesia tingkat Nasional kategori kelompok. Penghargaan ini merupakan bentuk pengakuan
dan apresiasi Astra terhadap semangat keberagaman anak muda Indonesia yang
bersatu membangun bangsa dengan memberi manfaat bagi masyarakat sekitarnya melalui
lima bidang sekaligus yakni kesehatan,
pendidikan, teknologi, lingkungan, dan kewirausahaan.
PAHLAWAN BAGI PEMULUNG
Pada tahun 2015 Siti Salamah
memulai kegiatannya di lapak pemulung. Awalnya dia mendirikan Rumah Pohon yang
diberi nama Taman Maghrib Mengaji. Siti Salamah membantu masyarakat pemulung di
sekitar situ untuk mendapatkan pendidikan yang lebih layak. Siti membantu
anak-anak pemulung mendapatkan pendidikan non formal. Siti juga membantu para
ibu di situ untuk mengolah sampah menjadi hal yang bermanfaat dan bisa bernilai
ekonomi. Sehingga ibu-ibu di sana bisa mendapatkan penghasilan lebih.
WASTE SOLUTION HUB
Pada tahun 2018, Siti Salamah
bertemu dengan Ranitya Nurlita seorang pegiat lingkungan di sebuah acara.
Mereka berdua merasa memiliki visi dan misi yang sama akhirnya mereka
memutuskan untuk bekerja sama dan
berkolaborasi.
Mereka kemudian menciptakan
platform Waste Solution Hub yaitu menciptakan sistem pengelolaan sampah yang
terintegrasi, yang menghubungkan langsung bank sampah dengan produsen sampah.
Dengan adanya platform ini diharapkan bisa meningkatkan taraf hidup para
pemulung.
Kalau awalnya para pemulung
menjual sampahnya dengan dihargai murah karena menjual ke lapak-lapak biasa.
Siti kemudian menghubungkan para pemulung langsung ke Industri Besar yang
membeli sampah mereka dengan harga berkali lipat lebih mahal. Hal ini tentu
sangat menolong para pemulung.
Di Waste Solution Hub Siti juga
mengedukasi para pemulung bagaimana mereka
memilah sampah dari sampah-sampah yang mereka kumpulkan, lalu
mengubahnya menjadi hal yang bermanfaat, bisa dijual dan bisa menghasilkan
uang.
Siti bekerja sama dengan warga
lingkungan setempat seperti Pengurus RT
dan RW juga sekolah-sekolah di sekitar situ untuk mensosialisasikan
programnya. Tak lupa Siti melaporkan hasil pengolahan sampahnya dan manfaat
yang diperoleh.
Dari usahanya itu banyak
orang-orang yang mulai menyadari bahwa sampah yang bagi mereka tidak berharga
ternyata bisa menjadi sesuatu yang bermanfaat dan bernilai bagi pemulung yang
mengolahnya. Para pemulung bisa meningkatkan taraf hidup mereka dengan lebih
baik.
Walaupun banyak juga tantangan
yang dihadapi Siti karena tentu tidak mudah mengajak orang untuk mengelola
sampah. Mereka terkadang tidak berpikir bahwa mengelola sampah dengan baik itu
berarti juga menjaga kelestarian lingkungan.
Aku berharap ceritaku tentang
Siti Salamah kepada murid-muridku bisa menginspirasi mereka sehingga mereka
lebih bijak mengelola sampah dan selalu siap menjaga lingkungan.
Posting Komentar
Tengkyu udah blog walking here and nyempetin comment yaa...
Hakuna Matata
@trianadewi_td