Yang namanya penyesalan tentu datangnya belakangan. Kalau datangnya di awal itu namanya pendaftaran hihihi... Begitulah suka duka kehidupan lika likunya kadang menghasilkan penyesalan. Tak jarang kita berucap seandainya waktu bisa diputar ulang, seandainya waktu bisa kembali, kita akan berhati-hati bertindak agar tidak menimbulkan penyesalan.
Ceritanya suatu saat aku bertemu dengan seseorang di tempat latihan beladiriku. Sebut saja namanya Esty, bukan mawar yeee, kecele wkwkkwk Berawal dari cerita mbak Esty yang ingin mengirimkan anaknya homeschooling seperti rencanaku yang juga ingin mengirim mbak Ais homeschooling. Maka kita akhirnya menjadi sangat akrab. Sebetulnya setiap melihat mbak Esty aku selalu ingat dengan mbak Lilis saudara sepupuku, makanya aku seperti langsung klik dengannya.
Dari yang cuma cerita tentang homeschooling lama-lama akhirnya cerita tentang banyak hal. Mbak Esty yang setahun lebih tua daripada aku benar-benar seperti kakak bagiku. Kami cocok sekali membahas segala macam hal. Dan kemudian karena corona, maka latihan beladiri kami dihentikan. Karena vakum akhirnya kami semakin intens ngobrol di WA. Dan sampai berjanji untuk bertemu. Yah karena harus di rumah terus menerus tentulah kebosanan melanda dan solusinya memang harus hang out bareng-bareng hehehe..
Karena semakin akrab, akhirnya suatu hari mbak Esty curhat tentang masalah keluarganya, yaitu masalah tentang suaminya. Ya bukankah emak-emak memang beginii ya, butuh tempat curhat agar bisa lega dan tetap waras hihihi aku sempat kaget karena tidak menyangka masalah yang dihadapi mbak Esty ternyata cukup berat menurutku. Kuakui mbak esty sangat sabar dan ikhlas. Kalau aku mengalaminya belum tentu aku bisa sekuat dia.
Daaan seperti yang sering kita dengar bahwa dunia itu cuma selebar daun kelor, maka begitulah yang terjadi. Ternyata mbak Esty itu adalah istri Mas Wisnu. Dan mas Wisnu adalah kakak kelasku di SMA. Tentu saja aku shock dan kaget karena aku mengenal akrab bagaimana mas Wisnu. Dan nggak menyangka dibalik sikap religiusnya itu ternyata dia sama sekali bukan seseorang yang penyayang. Seperti juga aku maka mbak Esty juga kaget tidak menyangka kalau aku ternyata mengenal suaminya.
Tetapi justru setelah tahu aku mengenal suaminya, mbak Esty justru semakin sering curhat, dia meminta saranku bagaimana enaknya. Aku mencoba menerka-nerka bagaimana solusinya hingga aku memutuskan untuk mengontak teman-teman mas Wisnu. Aku sempat kepikiran kalau mas Wisnu itu selingkuh, ya bukankah perselingkuhan sedang marak akhir-akhir ini. Bisa jadi perubahan sikap mas Wisnu terhadap keluarganya itu karena doa punya selingkuhan. Mbak Esty membantah keras semua dugaanku. Mbak Wisnu itu rajn ke Masjid, rajin puasa senin kamis, ibadahnya top markotop. Bagaimana mungkin dia selingkuh. Baiklah aku mencoba menghargai pembelaan mbak Esty.
Tetapi bukan aku namanya, kalau tidak mendapatkan ide jitu. Apalagi aku akrab dengan beberapa teman mas Wisnu. Akhirnya aku berusaha mengontak beberapa teman seangkatan mas Wisnu yang kebetulan aku menyimpan kontaknya. Baru saja bertanya aku sudah mau pingsan mendengar peringatan kakak kelasku itu. Aku baru saja bertanya bagaimana kabar mas Wisnu ya koq sosial medianya nggak update, eh kakak kelasku itu langsung terkejut kenapa aku mencari data tentang mas Wisnu. Yang lebih membuat aku shock lagi dia mengingatkan aku supaya berhati-hati karena ternyata mas Wisnu suka menggoda para janda.. astaghfirullah aku langsung lemas.
Terbayang baik hati dan cantiknya mbak Esty, koq teganya mas Wisnu berbuat begitu. Aku mencoba mengklarifikasi apa yang dikatakan kakak kelasku itu dengan meminta bukti-bukti, siapa tau berita itu cuma hoax, siapa tahu berita itu cuma bohong. Tetapi foto-foto yang dikirimkan padaku membuat aku mendidih marah. Astaghfirullah. Ternyata itu bukan isapan jempol ternyata beneraan... ya Allah!!
Begitu melihat bukti-bukti itu aku seketika ingin memberitahu mbak Esty tentang apa yang sesungguhnya terjadi. Tetapi aku juga ragu-ragu belum tentu mbak Esty bisa menerimanya. Akhirnya aku memutuskan tidak memberitahu mbak Esty tentang apa yang aku ketahui. Mungkin itu lebih baik. Tetapi curhat mbak Esty dari hari ke hari semakin menyedihkan. Mbak Esty semakin merana karena suaminya bertambah parah sikapnya, tak lagi mau menyapa. Semakin mbak Esty bertanya apa salahnya, suaminya semakin murka hiks
Karena tidak tahan dengan ceritanya, aku sedikit demi sedikit menyindir-nyindir mbak Esty, memberi contoh bisa jadi ada yang disembunyikan mas Wisnu, bisa jadi mas Wisnu menutup-nutupi sesuatu, bisa jadi mas Wisnu selingkuh dan bisa jadi bisa jadi lainnya. Tetapo mbak Esty tidak percaya, dia begitu yakin suaminya bersih. Ya sudahlah bisa apa aku?
Tetapi apapun mbak Esty tetap memendam masalah, tetap galau dan tetap bingung dan curhatnya juga tetap ke aku.. Oh My benar-benar membuatku berpikir keras bagaimana aku mengingatkannya, bagaimana aku harus bersikap. Semua ideku untuk mencari tahu lewat boss suaminya atau bahkan bertanya kepada psikolog tak membuahkan hasil.
Tiba-tiba mbak Esty memberikan nomer handphone suaminya kepadaku. Dia memintaku untuk menghubungi suaminya, tanpa tujuan apa-apa sih, mbak Esty hanya ingin tahu bagaimana respon suaminya kalau aku sapa lewat whatssapp, siapa tahu ada titik terang. Awalnya aku malas, karena terus terang aku tidak mau mencampuri urusan mereka. Tetapi saking pengennya aku menolong mbak Esty akhirnya aku memutuskan mengontak Mas Wisnu.
Dan entah bagaimana awalnya, tiba-tiba mbak Esty marah-marah padaku. Dia menuduhku ikit campur urusannya. Aku cuma bengong. Siapa yang curhat duluan siapa yang memberi nomer handphone suaminya kepadaku, siapa yang meminta tolong? Koq sekarang aku dituduh mencampuri urusannya. Karena sebel dituduh begitu akhirnya aku katakan kepada mbak Esty kalau suaminya sebetulnya selingkuh. Aku punya data-data yang kuat. Ealah bukannya berterima kasih aku punya datanya, mbak Esty justru memblokirku setelah menuduhku bahwa aku suka mencari-cari kejelekan orang lain. Helooo aku ini orang sibuk yaa mana sempat kurang kerjaan begitu.
Ya begitulah, sekarang mbak Esty sudah memblokirku. Aku menyesal kenapa aku kemarin pakai mencari tahu tentang suaminya segala. Harusnya aku cukup jadi telinga cukup jadi pendengar yang baik saja, tidak perlu terlalu semangat mencarikan solusi. Tapi apa boleh dikata, semua sudah terlanjur, wis kadung, nasi sudah menjadi bubur hehehe..
Posting Komentar
Tengkyu udah blog walking here and nyempetin comment yaa...
Hakuna Matata
@trianadewi_td