Hari Sabtu yang lalu aku berkesempatan mengunjungi Dolly. Siapa yang tak kenal daerah Dolly? Tentu semua orang pernah mendengar nama yang melegenda ini. Dolly yang pernah menjadi pusat prostitusi terbesar se-Asia Tenggara ini memang telah ditutup sejak tahun 2014. Lalu apa kabar Dolly saat ini?
Ini kali
pertama aku menjejakkan kaki ke Dolly, benar-benar pertama kali, padahal udah
puluhan tahun aku tinggal di Surabaya. Aku tak sendiri tapi beramai-ramai bersama
teman-teman dari AGSI (Asosiasi Guru Sejarah Indonesia) dan juga pasukan BPIP
(Badan Pembinaan Ideologi Pancasila). Menurutku kegiatan ini seperti menerapkan
nilai-nilai pancasila dengan aksi yang nyata. Senang juga bertemu dengan para
guru Sejarah se-Jawa Timur, yang awalnya kukira adalah guru PKN lho hehehe Ternyata
tidak melulu guru PKN ya yang harus menjadi pendidik Pancasila.
Acaranya
sendiri berjudul SUSUR KAMPUNG PENDIDIK PANCASILA, Ruang Pertemuan Antara
Pendidik Pancasila, Penggiat Kampung, Komunitas dan Jejaring. Awalnya diadakan
pembekalan dulu di Hotel Ibis Budget Surabaya, agar wawasan kita bertambah
mengenai nilai-nilai Pancasila dan materi pendukung lainnya. Acara yang dibuka
oleh Direktur Pembudayaan BPIP Ibu Irene Camelyn Sinaga, membuka wawasanku,
ternyata masih begitu banyak pekerjaan rumah bangsa ini.
Melihat ibu
Iren, aku menjadi sangat terinspirasi. Beliau begitu smart menguasai segala
hal. Hampir semua pokok pembicaraan hari itu beliau memahaminya dan
menceritakan pengalamannya. Tak salah bila BPIP mengangkatnya menjadi Direktur
Pembudayaan. Bahkan ketika selesai acara, Ibu Iren sempat menyampaikan
impiannya untuk memberdayakan Kampung Dolly karena beliau pernah berpengalaman
mengelola tempat pariwisata di Sumatera Selatan ketika menjabat sebagai KADISBUDPAR
SUMSEL beberapa tahun yang lalu.
Setelah dibuka
oleh Ibu Irene, pembicara pertama adalah JJ Rizal, seorang sejarawan dan
pendiri penerbitan Komunitas Bambu. JJ Rizal menekankan tentang konsep berbagi,
dimana menulis bisa dijadikan alat untuk berbagi kepada yang lain. Yang sedikit
kita miliki ternyata bisa menjadi manfaat orang lain, apalagi saat ini CONTENT
IS THE KING. Kita bisa menjadi besar dan bermanfaat untuk orang lain dengan
membuka diri dan berbagi ilmu, berusaha menerima apa saja tanpa pamrih untuk
mendapatkan sesuatu. JJ Rizal juga mengatakan bahwa setiap guru ikut
bertanggung jawab tentang Pancasila ini, tidak hanya guru Sejarah ataupun guru
PKN. Berarti aku juga bertanggung jawab nih yaaa padahal aku guru bahasa
Inggris lhoo wkwkwkk... Yang pasti jangan cuma membahas bagaimana memahami
Pancasila tetapi kita juga berpikir bagaimana menggerakkan masyarakat untuk
mencintai Pancasila “Carilah teladan di sekitar kita, nggak mungkin dong kita
mau menghidupkan yang mati hanya karena yang kita anggap teladan sudah mati
semua?” JJ Rizal menutup wejangannya.
Setelah sholat
dhuhur acara susur kampung Dolly dimulai. Hatiku rasanya gegap gempita, tidak
sabar pengen melihat kampung Dolly dari dekat. Ketika akhirnya sampai di sana
dan mendapat penjelasan dari teman-teman SOBO nDOLLY, aku seperti tercerahkan,
masyaAllah perjuangan teman-teman disini sungguh berat. Kemana saja aku?? Hiks...
Tidak mudah
mengubah lokalisasi Dolly menjadi seperti sekarang ini. Alhamdulillah saat ini
sudah ada 23 anggota UKM, mulai dari usaha fashion, menjahit, batik, tas,
makanan dan minuman. Memang tidak serta merta bisa membantu masyarakat bangkit
dari keterpurukan ekonomi, tetapi mudah-mudahan ini menjadi jalan bagi mereka
untuk mendapatkan masa depannya.
KAMPUNG BATIK
Salah satu
kesibukan baru bagi warga Dolly ini adalah membuat batik. Kami juga diajak
mengunjungi kampung batik. Bahkan aku sempat ikut belajar membuat batik,
lumayan ribet ya ternyata hehehe harus melalui beberapa celupan agar bisa
menghasilkan batik yang bagus. Belum lagi melukis pola batiknya yang tentu saja
tak sembarang orang bisa. Semua hasil karya batik mereka dipamerkan di Rumah
Batik Putat Jaya ini. sehingga memudahkan buat mereka yang ingin membelinya. Rumah
batik ini langsung dibawah pembinaaan Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota
Surabaya. Para pembatik adalah para mantan pramuria itu sendiri, semoga mereka
dilimpahkan kesabaran dan istiqomah yaa, bagaimanapun godaan untuk kembali ke
jalan yang kelam ternyata memang masih selalu
menghantui.
BOTHOK TELUR ASIN
Kami
juga diajak mencicipi Bothok Telur Asin yang fenomenal itu, hmmm ternyata
rasanya lezat lho, bumbu, kelapa, juga telur asinnya menyatu dengan begitu pas,
tidak begitu asin, tidak pedas, pokoknya maknyus deh. Kami berkumpul di Sentra
Telur Asin dan kemudian Bapak Nirwono sebagai Ketua RT bercerita tentang
pengalaman beliau selama ini. Bothok itu sendiri dibuat oleh istri Pak Nirwono
dan warga sekitar. Bothok ini sudah menjadi sumber penghasilan bagi mereka. Harga
yang murah hanya 8000 rupiah memang menarik minat beberapa warga kota Surabaya,
beberapa hotel, restaurant dan juga kantor-kantor kedinasan, sehingga banyak
yang pesan. Alhamdulillah barakallah yaa..
PESANTREN JAUHAROTUL HIKMAH
Melihat
pesantren ini mungkin seperti Oase di padang pasir ya? Pesantren yang didirikan
di tengah-tengah kampung Dolly ini, ketika pertama kali berdiri pada tahun
2008, sempat dicemooh bahkan diprotes habis-habisan. Memang seperti ironi,
padahal maksudnya baik, adanya pesantren ini adalah untuk menyelamatkan
anak-anak yang tinggal di kampung Dolly. Ketika kemarin berkunjung kami
disambut oleh para santri dan santriwati yang sangat antusias melihat kehadiran
kami. Sebotol susu kedelai penawar dahaga yang kami terima ternyata juga
bikinan mereka. Sore yang indah itu kami menghibur mereka dengan mengajari
mereka bermain angklung.
Jangan ditanya
bagaimana kami bisa bermain angklung sesingkat itu dan lalu mengajarkannya kepada
anak-anak di Pesantren JH hehehe semua itu berkat jasa Bapak Hanafi dan
istrinya yang memang menggeluti musik angklung. Ternyata tidak sesulit yang
kubayangkan, dalam waktu singkat kami sudah bisa menguasainya dan kemudian
mengajarkannya. Suasana pesantren menjadi meriah karena suara angklung yang
merdu memainkan lagu Tanah Airku. Jadi ingat kata-kata Pak Hanafi bahwa belajar
angklung bisa membangkitkan semangat gotong royong karena lagu yang dihasilkan
oleh suara angklung adalah hasil konsentrasi dan kekompakan para pemainnya. Setiap
angklung memiliki nada yang berbeda jadi bagaimana menyatukan suara angklung-angklung
itu menjadi sebuah lagu yang indah bisa menjadi simbol bergotong royong. Ahh memang
sungguh indah!
Akhirnya
keindahan hari itu harus kami akhiri. Menjelang maghrib kami kembali ke hotel. Tentu
dengan segala rasa campur aduk yang membuncah, ada bahagia, lega sekaligus
sedih karena harus berpisah dengan mereka. Aku berharap semoga suatu saat bisa
berkesempatan mengunjungi mereka lagi dan bisa berbagi lagi dengan anak-anak
pesantren JH. Terima kasih Dolly, terima kasih atas semua best experience ini!
Oya aku
berharap bisa membantu Ibu Irene untuk memberdayakan kampung Dolly ini,
bagaiamanapun anak-anak di kampung ini juga adalah generasi muda yang kelak
akan melanjutkan kepemimpinan bangsa ini. Semoga pengalaman kelam orang tua
mereka bisa menjadi pelajaran berharga dan tak menyurutkan langkah mereka untuk
menjadi yang terbaik, semangat berbenah Dolly!!
Posting Komentar
Tengkyu udah blog walking here and nyempetin comment yaa...
Hakuna Matata
@trianadewi_td