Aku di Munas FLP di Bandung |
“Jadi besok kita harus
“Iya mbak,
sudah tidak ada cara lain. Besok saat yang tepat untuk menculik Beliau. Mbak
Henny nggak usah khawatir. Doakan semua berjalan lancar sesuai rencana,” Aku menutup handphone dan bernafas lega.
Sama sekali
tidak kusangka harus begini skenarionya. Tetapi sudahlah, yang penting semua
bisa berjalan sesuai rencana. Mbak Heny, ketua FLPku benar-benar heran dengan
rencanaku. Aku bilang kalau tidak dipaksakan maka akan tertunda lagi semuanya. Jadi
kami memang harus memaksimalkan kesempatan yang ada, walaupun terpaksa harus
melakukan penculikan itu. Malam itu aku memastikan semuanya beres, agar besok
rencana kami bisa berjalan mulus.
Pagi tiba, aku
kembali memeriksa semua persiapan untuk keperluan acara hari ini. Mobil buat mengantar kami, gedung buat pelaksanaan kegiatan kami, tim pasukan FLP Tuban dan Tim pasukan FLP Lamongan. Semua sudah beres. Tinggal melaksanakan eksekusi sesuai rencana. Dadaku berdebar-debar membayangkan bahwa hari ini kami akan menorehkan sebuah sejarah baru. Waalupun dengan dihiasi drama penculikan itu.
Semua berawal dari pertemuanku dengan Pak Masruhin di Kampus Unversitas Islam Lamongan. UNISLA sebagai ranting dari FLP Lamongan memang memberikan tempat gratis bagi kami bila kami mengadakan acara kepenulisan. Ketika itu FLP memang mempunyai kegiatan Sekolah Menulis yang acaranya diadakan di kampus tersebut setiap dua minggu sekali.
Pada saat kegiatan itu selain ada pemberian materi dari para mentor, kami juga membuka perpustakaan, dimana para peserta Sekolah Menulis bisa meminjam buku untuk dibawa pulang dan dikembalikan pada pertemuan berikutnya. Bisa dibayangkan betapa ramainya kegiatan kami, belum lagi bila para pengurus FLP Lamongan itu juga membawa putra putri mereka. Di dalam kelas terlihat para peserta asyik mendengarkan materi, diluar kelas, perpustakaan juga ramai dikunjungi, padahal buku-bukunya hanya kami tata di meja saja, tetapi antusias mahasiswa UNISLA sendiri juga sangat bagus. Jadi kegiatan kami sangatlah semarak.
Hal itu rupanya menarik perhatian pak Masruhin, yang waktu itu sedang kuliah mengambil Master yang kebetulan kampusnya memakai tempat di UNISLA juga. Beliau heran dan bertanya-tanya kegiatan apa gerangan yang sedang kami laksanakan. Akhirnya dengan senang hati aku menceritakan bahwa kami adalah anggota Forum Lingkar Pena yang mempunyai kegiatan Sekolah Menulis. Tak disangka ternyata pak Masruhin sangat tertarik dan ingin mengadakan kegiatan serupa di kotanya di Tuban. Tentu saja aku menyambut dengan antusias keinginan itu. Kebetulan di Tuban memang belum ada cabang FLPnya.
Aku kemudian menghubungi Mas Adam Muhammad yang ketika itu menjabat sebagai Ketua FLP Jawa Timur. Beliau memberi arahan bagaimana prosedur membentuk sebuah cabang FLP di suatu kota, bahwa sebelumnya harus ada sebuah komunitas menulis dulu yang cukup anggotanya dan juga sudah melaksanakan beberapa kali kegiatan. Akhirnya aku menyampaikan semuanya kepada Pak Masruhin, agar dapat segera dipersiapkan sebaik mungkin.
Dan di suatu sore yang cerah, aku diundang untuk datang ke Tuban untuk menggagas berdirinya komunitas itu. Aku benar-benar terharu, Pak Masruhin dan teman-teman di Tuban bergerak dengan cepat agar FLP cabang Tuban dapat segera didirikan. Rasanya bahagia berkumpul dengan orang-orang yang mempunyai passion yang sama. Akhirnya hari itu kami sepakat membentuk kepengurusan komunitas yang baru itu, yang kemudian diberi nama SEMUT yaitu Komunitas Sekolah Menulis Tuban.
Aku diberi amanah oleh Ketua FLP Lamongan untuk membuka peresmian komunitas ini. Tak kuasa rasanya aku menahan tangis haru ketika harus meresmikannya. Ya Allah atas segala Karunia dan RahmatMulah komunitas ini benar-benar bisa diresmikan. Dengan diketuai oleh dik Azizah, hari itu SEMUT resmi mewarnai dunia Literasi Tuban. Hari itu juga sekaligus adalah pelaksanaan perdana kegiatan Sekolah Menulis di Komunitas SEMUT ini. FLP Lamongan berjanji akan mengawal kegiatan Sekolah Menulis ini. Kami membuatkan buku panduan yang berisi jadwal kegiatan, nama pembicara dan sekaligus materinya.
Saat -saat itu adalah saat yang membahagiakan bagi kami. FLP Lamongan seperti punya gawe besar setiap minggunya, karena kami mengelola tiga sekolah menulis ketika itu. Kami juga sering mengajak saudara baru kami, para pengurus SEMUT untuk menghadiri acara-acara FLP. Salah satunya adalah peringatan MILAD FLP di Surabaya yang dihadiri oleh Pendiri FLP, Mbak Helvy Tiana Rosa. Tentu itu memberi nuansa yang indah dan semangat baru bagi kami karena kami bertemu banyak saudara seperjuangan sesama anggota FLP. Dengan menghadiri acara-acara itu, ghirohnya benar-benar kami rasakan. Kami seperti ingin menjadi manusia yang berbakti, berkarya dan berarti bagi FLP ini. Selalu saja masih menetes air mata ini bila mengingat betapa indahnya saat itu.
Dan setelah lima bulan komunitas SEMUT ini berdiri dan berjalan lancar, akhirnya kami mulai mengajukan agar FLP Tuban segera dibentuk. Kami mengajukan proposal ke FLP Jawa Timur agar disetujui. Berkali-kali menyusun acara peresmian, selalu terbentur jadwalnya, karena kami ingin peresmian ini dihadiri oleh Mbak Sinta Yudisia yang ketika itu adalah Ketua Umum FLP Pusat. Pucuk dicinta ulam tiba, hari itu salah satu pengurus BPP FLP Pusat, yaitu Gus Awy yang kebetulan tinggal di Lamongan akan mengadakan pernikahan. Gus Awy yang baru saja pulang dari Madinah tentu amat sangatlah dirindukan oleh teman-teman FLP, maka pernikahannya pasti dihadiri oleh banyak teman-teman FLP. Tentu saja kami tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, kami akan menculik mbak Sinta dari pesta pernikahan itu untuk berkenan meresmikan berdirinya FLP Tuban.
Jadi jangan membayangkan peristiwapenculikan yang menyeramkan yaaaa... Dan Mbak Sinta juga tidak perlu diculik koq, karena beliau memang berkenan hadir untuk meresmikan berdirinya FLP Tuban. Alhamdulillah semua dapat berjalan lancar. Eh, jangan membayangkan kami mengadakan kegiatan peresmian ini di sebuah gedung yang megah lhooo. tahukah anda, kami mengadakannya di PUSKESMAS hehehe.. Tanpa mengurangi rasa hormat kami kepada FLP Tuban kenapa kami terpaksa memlih tempat itu, terus terang kami memang bingung mencarikan tempat yang mudah dijangkau yang tidak jauh dari kediaman Gus Awy. Apalagi kebetulan Gus Awy tinggal di daerah yang jauh dari kota, jadi kami kesulitan untuk mencari gedung yang memadai. Tetapi walaupun di Puskesmas, acara peresmiannya berjalan lancar dan tetap membahagiakan, apalagi cita-cita kami untuk diresmikan langsung oleh Mbak Sinta dapat diwujudkan.
Begitulah, hari itu, setelah menghadiri acara pernikahan Gus Awy, mbak Sinta menyempatkan untuk hadir meresmikan FLP Tuban. Tempat yang tidak jauh dari kediaman Gus Awy membuat mbak Sinta tidak perlu sulit-sulit menemukan tempatnya, walaupun sebetulnya mbak Sinta sempat nyasar juga hiks.. Ketika gelisah menunggu mbak Sinta tak juga datang, seorang teman berkata, pokoknya mbak Sinta harusdiculik biar bisa tetap hadir. Dan semua sepakat, akulah yang harus menculik mbak Sinta di kediaman Gus Awy sesuai skenario kami semalam. Takutnya acara tasyakuran pernikahan Gus Awy yang membahagiakan itu akan membuat mbak Sinta kesulitan untuk datang karena terjebak acaranya. Tetapi alhamdulillah kekhawatiran kami tidak terbukti dan ternyata mbak Sinta bisa datang dan meresmikan berdirinya FLP Tuban. Tak terperikan rasa bahagia kami, sambutan mbak Sinta yang bersemangat membuat kami bertekad untuk membesarkan FLP ini dengan segala cinta dan ikhlas kami.
Hari itu tanggal 23 Agustus 2014, FLP Tuban resmi berdiri. Acara yang meriah di sebuah Puskesmas sederhana di pelosok desa terpencil di Lamongan, menjadi saksi janji suci kami untuk senantiasa menggiatkan literasi di negeri ini. Kini sudah hampir empat tahun FLP Tuban berdiri. Aku menitikkan air mata haru ketika mengetahui FLP Tuban mengadakan Musyawarah cabang mereka awal februari kemarin. Sayangnya aku tidak berkesempatan untuk hadir. Aku tetap aktif di FLP Lamongan hingga kini. Bagiku FLP adalah hidupku, aku akan selalu ada untuknya. Aku siap berbakti, berkarya dan berarti untukmu. Selamat Milad FLPku, semoga selalu menjadi organisasi penulis yang senantiasa santun dan berkeadaban!
Semua berawal dari pertemuanku dengan Pak Masruhin di Kampus Unversitas Islam Lamongan. UNISLA sebagai ranting dari FLP Lamongan memang memberikan tempat gratis bagi kami bila kami mengadakan acara kepenulisan. Ketika itu FLP memang mempunyai kegiatan Sekolah Menulis yang acaranya diadakan di kampus tersebut setiap dua minggu sekali.
Pada saat kegiatan itu selain ada pemberian materi dari para mentor, kami juga membuka perpustakaan, dimana para peserta Sekolah Menulis bisa meminjam buku untuk dibawa pulang dan dikembalikan pada pertemuan berikutnya. Bisa dibayangkan betapa ramainya kegiatan kami, belum lagi bila para pengurus FLP Lamongan itu juga membawa putra putri mereka. Di dalam kelas terlihat para peserta asyik mendengarkan materi, diluar kelas, perpustakaan juga ramai dikunjungi, padahal buku-bukunya hanya kami tata di meja saja, tetapi antusias mahasiswa UNISLA sendiri juga sangat bagus. Jadi kegiatan kami sangatlah semarak.
Hal itu rupanya menarik perhatian pak Masruhin, yang waktu itu sedang kuliah mengambil Master yang kebetulan kampusnya memakai tempat di UNISLA juga. Beliau heran dan bertanya-tanya kegiatan apa gerangan yang sedang kami laksanakan. Akhirnya dengan senang hati aku menceritakan bahwa kami adalah anggota Forum Lingkar Pena yang mempunyai kegiatan Sekolah Menulis. Tak disangka ternyata pak Masruhin sangat tertarik dan ingin mengadakan kegiatan serupa di kotanya di Tuban. Tentu saja aku menyambut dengan antusias keinginan itu. Kebetulan di Tuban memang belum ada cabang FLPnya.
Aku kemudian menghubungi Mas Adam Muhammad yang ketika itu menjabat sebagai Ketua FLP Jawa Timur. Beliau memberi arahan bagaimana prosedur membentuk sebuah cabang FLP di suatu kota, bahwa sebelumnya harus ada sebuah komunitas menulis dulu yang cukup anggotanya dan juga sudah melaksanakan beberapa kali kegiatan. Akhirnya aku menyampaikan semuanya kepada Pak Masruhin, agar dapat segera dipersiapkan sebaik mungkin.
Dan di suatu sore yang cerah, aku diundang untuk datang ke Tuban untuk menggagas berdirinya komunitas itu. Aku benar-benar terharu, Pak Masruhin dan teman-teman di Tuban bergerak dengan cepat agar FLP cabang Tuban dapat segera didirikan. Rasanya bahagia berkumpul dengan orang-orang yang mempunyai passion yang sama. Akhirnya hari itu kami sepakat membentuk kepengurusan komunitas yang baru itu, yang kemudian diberi nama SEMUT yaitu Komunitas Sekolah Menulis Tuban.
Aku meresmikan SEMUT |
Aku diberi amanah oleh Ketua FLP Lamongan untuk membuka peresmian komunitas ini. Tak kuasa rasanya aku menahan tangis haru ketika harus meresmikannya. Ya Allah atas segala Karunia dan RahmatMulah komunitas ini benar-benar bisa diresmikan. Dengan diketuai oleh dik Azizah, hari itu SEMUT resmi mewarnai dunia Literasi Tuban. Hari itu juga sekaligus adalah pelaksanaan perdana kegiatan Sekolah Menulis di Komunitas SEMUT ini. FLP Lamongan berjanji akan mengawal kegiatan Sekolah Menulis ini. Kami membuatkan buku panduan yang berisi jadwal kegiatan, nama pembicara dan sekaligus materinya.
Peresmian FLP Tuban bersama mbak Sinta |
Saat -saat itu adalah saat yang membahagiakan bagi kami. FLP Lamongan seperti punya gawe besar setiap minggunya, karena kami mengelola tiga sekolah menulis ketika itu. Kami juga sering mengajak saudara baru kami, para pengurus SEMUT untuk menghadiri acara-acara FLP. Salah satunya adalah peringatan MILAD FLP di Surabaya yang dihadiri oleh Pendiri FLP, Mbak Helvy Tiana Rosa. Tentu itu memberi nuansa yang indah dan semangat baru bagi kami karena kami bertemu banyak saudara seperjuangan sesama anggota FLP. Dengan menghadiri acara-acara itu, ghirohnya benar-benar kami rasakan. Kami seperti ingin menjadi manusia yang berbakti, berkarya dan berarti bagi FLP ini. Selalu saja masih menetes air mata ini bila mengingat betapa indahnya saat itu.
Dan setelah lima bulan komunitas SEMUT ini berdiri dan berjalan lancar, akhirnya kami mulai mengajukan agar FLP Tuban segera dibentuk. Kami mengajukan proposal ke FLP Jawa Timur agar disetujui. Berkali-kali menyusun acara peresmian, selalu terbentur jadwalnya, karena kami ingin peresmian ini dihadiri oleh Mbak Sinta Yudisia yang ketika itu adalah Ketua Umum FLP Pusat. Pucuk dicinta ulam tiba, hari itu salah satu pengurus BPP FLP Pusat, yaitu Gus Awy yang kebetulan tinggal di Lamongan akan mengadakan pernikahan. Gus Awy yang baru saja pulang dari Madinah tentu amat sangatlah dirindukan oleh teman-teman FLP, maka pernikahannya pasti dihadiri oleh banyak teman-teman FLP. Tentu saja kami tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, kami akan menculik mbak Sinta dari pesta pernikahan itu untuk berkenan meresmikan berdirinya FLP Tuban.
Penyerahan secara simbolis SK Berdirinya FLP Tuban Kepada Pak Masruhin |
Jadi jangan membayangkan peristiwa
Spanduk yang ketinggalan lupa tidak dibawa di acara peresmian itu hiks |
Begitulah, hari itu, setelah menghadiri acara pernikahan Gus Awy, mbak Sinta menyempatkan untuk hadir meresmikan FLP Tuban. Tempat yang tidak jauh dari kediaman Gus Awy membuat mbak Sinta tidak perlu sulit-sulit menemukan tempatnya, walaupun sebetulnya mbak Sinta sempat nyasar juga hiks.. Ketika gelisah menunggu mbak Sinta tak juga datang, seorang teman berkata, pokoknya mbak Sinta harus
FLP Lamongan dan FLP Tuban yang kompak |
Hari itu tanggal 23 Agustus 2014, FLP Tuban resmi berdiri. Acara yang meriah di sebuah Puskesmas sederhana di pelosok desa terpencil di Lamongan, menjadi saksi janji suci kami untuk senantiasa menggiatkan literasi di negeri ini. Kini sudah hampir empat tahun FLP Tuban berdiri. Aku menitikkan air mata haru ketika mengetahui FLP Tuban mengadakan Musyawarah cabang mereka awal februari kemarin. Sayangnya aku tidak berkesempatan untuk hadir. Aku tetap aktif di FLP Lamongan hingga kini. Bagiku FLP adalah hidupku, aku akan selalu ada untuknya. Aku siap berbakti, berkarya dan berarti untukmu. Selamat Milad FLPku, semoga selalu menjadi organisasi penulis yang senantiasa santun dan berkeadaban!
Aku dan Ketua Umum FLP yang selalu kubangggakan |
Penasaran sama kelanjutan cerita 'penculikan' itu. :'D
BalasHapusHahaha selamat membaca kelanjutannyaa.. HP error lemot publishnyaa hehhehe.. Tengkyu mbaaakk..
Hapuspenasaran sama eksekusinya. :o
BalasHapusHahaha terima kasih sudah setia menantiii, selamat membacaaa...
HapusSelamat yaaa berdirinya FLP Tuban keep writiing...
BalasHapustengkyuuuu Mbak Dedew...
HapusHahah.. judulnya horor, isinya ngga... keren ya nama komunitasnya, SEMUT... kalo datang yang kayak ginian mah Mbak Sinta ga perlu diculik,, beliau datang sendiri dengan senang hati kayaknya... hehhe
BalasHapushahahaa iyaaa.... tapi kalau gak datang-datang tetep mau tak culik koq wkwkwkw..
HapusSemoga FLp semakin menjamur dan dikenal di selurih pelosok negeri.
BalasHapusAamiin Yaa Robb...
HapusKeren deh FLP tuban, kreatif juga ya
BalasHapuskronologi penculikannya gimana mbak? :v kena laporan ke polisi kagak hahaha... :D
BalasHapusKeren FLP Lamongan ada Sekolah Menulis ya, semoga makin berkah FLP di sana. Lucu namanya SEMUT
BalasHapus