Aku mempunyai adik laki-laki yang umurnya hanya berbeda dua tahun denganku. Ketika masih kecil, adikku itu terkena virus polio. Mungkin karena kesibukan Ibu dan Bapak, sehingga adikku tidak mendapatkan cukup imunisasi. Akibatnya di suatu hari, adikku mengeluh kakinya lemas tidak bisa digerakkan. Orang tuaku benar-benar panik. Ketika itu sudah ada dua tetanggaku yang terkena virus itu dan kakinya mengecil. Tentu saja orang tuaku tidak ingin hal itu dialami adikku.
Akhirnya mulailah acara pengobatan yang
panjang dan melelahkan demi kesembuhan adikku. Aku melihat semangat dan
kegigihan orang tuaku untuk mengusahakan kesembuhan adikku. Segala macam
pengobatan dijalani agar adikku tetap bisa berjalan normal. Hampir tiap
hari adikku ke rumah sakit untuk menjalani therapy sinar X, di rumah
juga Bapak membuatkan alat therapy jalan dan lain-lain. Tak jarang aku
harus di rumah bersama pembantu, karena Bapak dan Ibuku mengantar adikku
therapy keluar kota. Sering aku pulang sekolah dijemput Tukang Becak
langganan karena ibuku tak bisa menjemputku. Tetapi kami semua menjalani
dengan senang hati, terbayang susahnya kehidupan kami kala itu, gaji
bapak yang cuma seorang tentara tentulah habis buat pengobatan adikku.
Tetapi bukankah kita tidak boleh berputus asa dari Rahmat Allah?
Aku tahu Bapakku juga harus menguburkan
impiannya mempunyai anak seorang taruna Akabri. Walaupun Bapak tidak
secara langsung mengatakannya tetapi aku bisa tahu betapa Bapak
menginginkan adikku menjadi seorang taruna. Apalagi kami tinggal di
kompleks perumahan TNI-AU. Hari ini Si A dilantik menjadi seorang
taruna, besok si B diterima di AKABRI dan hanya berita-berita seperti
itu yang kami dengar setiap hari. Bapak cukup menghibur dirinya dengan
mengatakan Bapak ingin mempunyai anak-anak yang sarjana. Bapak ingin
anak-anaknya semua kuliah. Dan walaupun saat itu masih kecil, aku
bertekad memenuhi keinginan kedua orang tuaku.
Karena sakit yang di deritanya, adikku
tidak bisa menjadi anak laki-laki yang lincah. Karena begitu kecapekan
sedikit, badan adikku langsung panas. Makanya ibuku ekstra ketat menjaga
adikku. Adikku dilarang bermain layaknya seorang anak laki-laki, sering
aku yang bermain layang-layang dengan Bapakku, dan adikku hanya melihat
saja. Aku yang bermain bola, berenang, bermain kasti dan macam-macam
permainan laki-laki, sedangkan adikku harus puas cuma melihat saja.
Untuk mengisi waktu luang adikku, Bapak banyak membelikan buku cerita,
jadilah adikku seorang kutu buku. Dia menjadi anak yang smart karena
senang membaca. Kelak ini yang akan mempermudah karirnya. Berkat
kesabaran orang tua kami mengupayakan kesembuhan adikku, akhirnya polio
itu tidak sampai menyerang adikku. Hanya gejalanya saja dan sudah
dimatikan virusnya.
Akhirnya adikku kuliah di jurusan IT,
ahli dalam bidang komputer dan tekhnologi. Sama sekali tidak membutuhkan
keahlian fisik. Adikku pun kemudian bekerja di perusahaan penerbangan
di bagian safety. Dan bertahun-tahun berkutat di dunia penerbangan
membuat adikku ingin mencoba kemampuan lain. Memang Allah tidak akan
merubah nasib seseorang kalau bukan orang itu sendiri yang merubahnya. Ketika perusahaan penerbangan tempat adikku bekerja, mendirikan sekolah pilot, mereka memberi kesempatan para pegawainya untuk mendaftar tes. Siapapun yang lolos berhak mengikuti sekolah pilot itu dengan biaya pendidikan yang murah karena mendapat diskon atau potongan harga yang besar.
Adikku tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, dia mencoba mendaftar menjadi pilot, dan alhamdulillah dia diterima.
Serangkaian tes yang ketat sempat meragukan tekadnya. Tetapi ternyata
takdir dan ketentuan Allah lebih indah buatnya. Memang Bapakku kemarin
gagal mempunyai anak seorang taruna AKABRI tetapi ternyata adikku justru
menjadi seorang pilot. Sesuatu yang tidak pernah terpikirkan oleh kami
sekeluarga mengingat penyakit polio yang dideritanya.
Allah sudah mengabulkan impian adikku,
walaupun tampak mustahil di mata manusia, ternyata kuasa Allah
benar-benar sangat hebatnya. Mana mungkin seorang penderita gejala polio
bisa menjadi seorang pilot? Tetapi tidak ada yang tidak mungkin bila
Allah sudah menghendakinya. Memang cukuplah kita berusaha, memantaskan
diri untuk mendapatkannya. Yakinkan Allah bahwa kita mampu dan berhak
memperolehnya. Dan biarkan Allah yang mengaturnya. Mengatur sehingga
kita berhak mendapatkan impian kita. Jangan pernah menyerah, teruslah
bermimpi dan Allah yang akan membantu kita mewujudkan mimpi itu... Aminn..
Selamat ulang tahun ya Feng, selalu
menjadi adik yang mebanggakan buatku, suami yang hebat buat Rizky dan
juga Abi yang hebat buat Syafa, Al dan Fatin. Semoga umur panjangmu Barokah, senantiasa sehat dan
sukses selalu. Aminnnn..
Aamiin. Wah baru tahu kalau Mbak Triana juga anak seorang TNI, tetapi berbeda sama alm bapakku nih Mbak, beliau malah bilang nggak kepengen anak-anaknya jadi tentara juga. Mungkin karena bapakku cuma seorang prajurit ya, beda cerita kalau beliau adalah jendral bintang 5 :D
BalasHapusHihihi Bapakku juga gak mau kl anaknya cuma jadi prajurit, kalo mau jadi tentara ya harus perwira hehehe
HapusMakasih udah BW dimari...