Pada sebuah acara reuni, seseorang bertanya tentang
pekerjaan kepada temannya yang dulu adalah aktifis di kampus. Dan yang bertanya
pun terkejut ketika sang aktifis itu ternyata sekarang di rumah saja, tidak
bekerja. Padahal sang aktifis dulu dikenal sebagai mahasiswi yang smart, aktif
dan lulus dengan cumlaude pula. Sangat disayangkan, pikirnya, bila
semua potensinya itu tidak dikembangkan dan dia hanya menjadi seorang ibu rumah
tangga saja.
Itulah fenomena yang terjadi saat ini. Banyak wanita malu
ketika harus di rumah, banyak wanita memilih bekerja di luar rumah, mencari
identitas diri, daripada hanya menjadi
ibu rumah tangga. Mereka lupa bahwa Al-ummu madrosatul ula’, iza a’dadtaha a’dadta sya’ban thayyibal
a’raq. Yang artinya, ibu adalah sekolah utama, bila ibu mempersiapkan
anak-anaknya dengan sungguh-sungguh, maka sesungguhnya ibu telah mempersiapkan
generasi terbaik.
Para wanita masa kini tidak menyadari betapa penting
peran mereka dalam keluarga. Dengan ibu lah anak-anak memiliki ikatan batin
selama dalam kandungan, dan ikatan itu semakin dekat ketika terjadi proses
menyusui. Anak-anak memerlukan ibu mereka sebagai pendidik utama, mendampingi
perjalanan hidup mereka. Sayangnya saat ini banyak pemahaman yang salah yang
membuat ibu lebih senang meniti karir di luar rumah dan menyerahkan pengasuhan
dan pendidikan anak mereka kepada pembantu. Pengaruh modernisasi dan gerakan
feminisme ini sudah sedemikian maraknya sehingga ibu bekerja menjadi hal yang
lazim. Sangat disayangkan sekali.
Padahal tugas ibu tidaklah mudah. Allah SWT sudah menyiapkan pahala besar bagi
seorang Ibu yang tetap di rumah dan berhasil mendidik anak-anaknya dengan baik.
Seperti tersebut dalam surat Al Ahzab ayat 33 : “Dan
hendaklah kamu tetap tinggal di rumah-rumah kalian dan janganlah kalian berhias
dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu. Dan dirikanlah
shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah
bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai ahlul bait, dan
membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” Juga diriwayatkan dari Anas bin
Malik :
Seorang wanita
datang menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian berkata: “Wahai
Rasulullah, laki-laki memiliki keutamaan dan mereka juga berjihad di jalan
Allah. Apakah bagi kami kaum wanita bisa mendapatkan amalan orang yang jihad di
jalan Allah? Rasulullah bersabda : “ Brangsiapa di antara kalian yang tinggal
di rumahnya maka dia mendapatkan pahala mujahid di jalan Allah.”
(Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Adzim surat Al Ahzab 33)
Dalam Islam, menjadi seorang perempuan adalah
keistimewaan. Tidak ada makhluk yang diistimewakan sedemikian rupa seperti
Islam memuliakan wanita. Misalnya : Surga di bawah telapak kaki ibu, restu
Allah bersama restu ibu, bahkan jika kita mendidik laki-laki diibaratkan hanya
mendidik satu individu, kita justru disebut mendidik satu generasi jika
mendidik anak perempuan. Subhanallah.
Ada banyak hal yang bisa kita
lakukan untuk menjadi ibu yang hebat, walaupun kita hanya di rumah saja. Yang
paling penting yang harus kita ajarkan kepada anak-anak kita adalah pemahaman
agama. Pemahaman agama yang baik akan menciptakan anak-anak yang siap
menghadapi tantangan zaman. Dengan semakin pesatnya perkembangan jaman, semakin
majunya teknologi, maka semakin komplekslah permasalahan yang harus dihadapi
anak-anak kita. Ajarilah anak kita agar menjadi anak yang shalih sebab anak yang shalih adalah investasi bagi kedua
orangtuanya. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran “ Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka, yang bahan bakarnya dalah manusia dan batu, penjaganya malaikat
yang kasar, keras, lagi tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” (At-Tahrim: 6)
Berilah
contoh dan perilaku yang baik dalam keluarga, karena keluarga adalah orang yang
pertama kali akan terlibat dan berhubungan langsung dengan perjalanan hidup anak.
Disinilah peran Ibu sangat dibutuhkan.
Ajarilah anak kita tentang berbagai hal yang positif untuk bekalnya
hidupnya berikan pemahaman dan pengetahuan yang cukup tentang perilaku, tata
krama, perasaan, serta ajarkan padanya bagaimana menghadapi pengaruh lingkungan
di luar sana yang terkadang berbeda dengan yang dia alami di rumah.
Ungkapan bijak Dorothy Law Nolte
dalam syair Children Learn What They Live berikut bisa dijadikan sebagai bahan
perenungan,
Jika
anak dibesarkan dengan celaan, dia belajar memaki
Jika
anak dibesarkan dengan permusuhan/kekerasan, dia belajar membenci
Jika
anak dibesarkan dengan cemoohan, dia belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan hinaan, dia
belajar menyesali diri
Jika
anak dibesarkan dengan toleransi, dia belajar menahan diri
Jika
anak dibesarkan dengan pujian, dia belajar menghargai
Jika
anak dibesarkan dengan dorongan, dia belajar percaya diri
Jika
anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan, dia belajar keadilan
Jika
anak dibesarkan dengan rasa aman, dia belajar menaruh kepercayaan
Jika
anak dibesarkan dengan dukungan, dia belajar menyenangi dirinya
Jika
anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, dia pun belajar menemukan
cinta dalam kehidupan
Jangan sampai terlambat dalam mendidik anak, sehingga orang lain atau
lingkungan yang akan membentuknya. Oleh karena itu sangatlah penting keberadaan
ibu di rumah untuk merawat dan mendidik anak-anak.
Bahkan sejak anak masih
dalam kandungan, kita sudah bisa mendidiknya,
yaitu diantaranya dengan :
-
Membacakan Al-Qur'an.
Dengan memperdengarkan tilawati Al-Qur'an, kita
optimalkan fungsi pendengaran janin kita untuk terbiasa mendengarkan lantunan
ayat suci agar ketika memasuki usia belajar mudah bagi mereka untuk menghafal
Al Qur’an .
-
Membacakan Doa.
Kita doakan agar anak kita menjadi anak sholeh dan
sholehah yang taat kepada perintah Allah SWT dan patuh kepada kita, orang
tuanya. Doa Nabi Zakariya yaitu yang tercantum dalam Al-Qur'an surat Ali Imran
: 38 yang artinya :"Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak
yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar Doa.
-
Mengajak Berbicara.
Ajaklah janin berbicara dengan mengelus-elus peut
terutama saat organ pendengaran mulai berfungsi baik. Biasakan bercerita apa
saja kepada janin kita seolah-olah janin kita paham. Beritahu janin kita ketika
kita sedang berwudhu, mau sholat dll agar janin tahu kebiasan baik yang kita
lakukan
-
Menjaga Perilaku. Menjaga perilaku sangat penting
ketika masa kehamilan. Karena akhlak orang tua sangat berpengaruh terhadap akhlak
anak-anaknya kelak, terutama ibu hamil. Sebab orang tua memegang peranan yang
penting dalam menanamkan perilaku dan adab serta akhlak yang baik kepada
anak-anaknya
Ketika anak-anak sudah mulai besar, ajarkan kepada anak kalimat tauhid,
yaitu “Laila
ha illallah” dan ajarkan pula kepadanya kalimah “Muhammad Rasullullah.” Rasullullah
SAW bersabda: “Bukalah lidah anak-anak kalian pertama kali dengan kalimat
“Lailaha-illaallah”. Dan saat mereka hendak meninggal dunia maka bacakanlah,
“Lailaha-illallah”.Camkan pada
diri mereka tentang kalimat tauhid yang harus ada dalam dada mereka agar mereka
senantiasa dalam nikmat iman dan islam.
Kemudian ajarkan mereka sholat. Kita bisa mengajarkan
sholat sejak anak-anak masih kecil, mengenalkan mereka saat-saat waktu sholat
tiba dan mengajak mereka sholat. Walaupun
anak kecil belum diwajibkan mengerjakan sholat hingga ia besar atau baligh,
namun orang tua wajib memerintahkan anaknya untuk mengerjakan sholat ketika telah mencapai usia tujuh tahun. Dan menghukumnya bila ia meninggalkan sholat ketika berusia sepuluh tahun, sebagaimana sabda Rasululloh : “Perintahkanlah
anak-anak kalian untuk mengerjakan sholat ketika mereka telah berusia tujuh
tahun dan pukullah mereka bila meninggalkan sholat pada saat mereka telah
berusia sepuluh tahun. Dan pisahkan tempat tidur mereka” (Shohih Sunan Abu
Dawud, 466 dan Ahmad, 6467). Imam As
Syaukani rahimahullohu berkata, “Hadits ini menunjukkan wajib memerintahkan
anak untuk mengerjakan sholat bila mereka telah mencapai usia tujuh tahun dan
mereka dipukul (dihukum) bila tidak mau mengerjakan pada usia sepuluh tahun.” Sehingga
menjadi hal yang wajib bagi setiap orang tua untuk memerintahkan anaknya
mengerjakan sholat, dan ini aka dipertanggung
jawabkan kepada Allah SWT.
Betapa indahnya
ajaran islam tentang mendidik anak kita. Sebagai ibu kita bertanggung jawab
atas pendidikan mereka. oleh karena itu janganlah tugas yang mulia ini kita
berikan kepada orang lain. Pulanglah ke rumahmu, wahai Ibu! Jangan kau
tinggalkan anakmu ditangan pembantu. Seperti penjelasan Imam AliZainal Abidin
radiyallahu’anhu dalam kitab Risatul Huquq: “Adapun hak anakmu adalah,
ketahuilah bahwa ia berasal darimu. Dan segala kebaikan dan keburukannya di
dunia, dinisbatkan kepadamu. Engkau bertanggung jawab untuk mendidiknya,
membimbingnya menuju Allah dan membantunya untuk menaati perintah-Nya.
Jika
kini atau suatu saat nanti kau jadi ibu, Jadilah seperti Nuwair binti Malik
(Radhiyallahu 'Anha) yang berhasil menumbuhkan kepercayaan diri dan mengembangkan
potensi anaknya. Saat itu sang anak masih remaja. Usianya baru 13 tahun. Ia
datang membawa pedang yang panjangnya melebihi panjang tubuhnya, untuk ikut
perang badar. Rasulullah (Shallallahu 'Alayhi wa'ala-Aalihi wa-Sallam) tidak
mengabulkan keinginan remaja itu. Ia kembali kepada ibunya dengan hati sedih. Namun
sang ibu mampu meyakinkannya untuk bisa berbakti kepada Islam dan melayani
Rasulullah (Shallallahu 'Alayhi wa'ala-Aalihi wa-Sallam) dengan potensinya yang
lain. Tak lama kemudian ia diterima Rasulullah (Shallallahu 'Alayhi
wa'ala-Aalihi wa-Sallam) karena kecerdasannya, kepandaiannya menulis dan
menghafal Qur’an. Beberapa tahun berikutnya, ia terkenal sebagai sekretaris
pencatat wahyu. Karena ibu, namanya akrab di telinga kita ,Zaid bin Tsabit (Radhiyallahu'Anhu).
Jika suatu saat nanti kau jadi ibu, Jadilah ibu yang menyemangati anaknya untuk menggapai cita-cita. Seperti ibunya 'Abdurrahman. Sejak kecil ia menanamkan cita-cita ke dalam dada anaknya untuk menjadi Imam Masjidil Haram, dan ia pula yang menyemangati anaknya untuk mencapai cita-cita itu.“Wahai Abdurrahman, sungguh-sungguhlah menghafal Kitabullah, kamu adalah Imam Masjidil Haram”, katanya memotivasi sang anak. “Wahai Abdurrahman, sungguh-sungguhlah, kamu adalah imam Masjidil Haram”, Sang Ibu tak bosan-bosannya mengingatkan. Hingga akhirnya 'Abdurrahman benar-benar menjadi Imam Masjidil Haram dan termasuk deretan Ulama berkelas dunia yang disegani. Kita pasti sering mendengar Murattal-nya diputar di Indonesia, karena setelah menjadi ulama, anak itu terkenal dengan nama: Abdurrahman As-Sudais (Hafizhahullahu ta'ala).
Maasyaa'aAllaah...
Rabbanaa hablanaa min azwaajinaa wa min-dzuriyyatinaa Qurrata a'yun waj-'alnaa lil-Muttaqiinaa Imaamaa.
Jika suatu saat nanti kau jadi ibu, Jadilah ibu yang menyemangati anaknya untuk menggapai cita-cita. Seperti ibunya 'Abdurrahman. Sejak kecil ia menanamkan cita-cita ke dalam dada anaknya untuk menjadi Imam Masjidil Haram, dan ia pula yang menyemangati anaknya untuk mencapai cita-cita itu.“Wahai Abdurrahman, sungguh-sungguhlah menghafal Kitabullah, kamu adalah Imam Masjidil Haram”, katanya memotivasi sang anak. “Wahai Abdurrahman, sungguh-sungguhlah, kamu adalah imam Masjidil Haram”, Sang Ibu tak bosan-bosannya mengingatkan. Hingga akhirnya 'Abdurrahman benar-benar menjadi Imam Masjidil Haram dan termasuk deretan Ulama berkelas dunia yang disegani. Kita pasti sering mendengar Murattal-nya diputar di Indonesia, karena setelah menjadi ulama, anak itu terkenal dengan nama: Abdurrahman As-Sudais (Hafizhahullahu ta'ala).
Maasyaa'aAllaah...
Rabbanaa hablanaa min azwaajinaa wa min-dzuriyyatinaa Qurrata a'yun waj-'alnaa lil-Muttaqiinaa Imaamaa.
Semoga kita bisa
menjadi ibu dambaan umat yang siap mengasilkan generasi-generasi Rabbani
terbaik. Wallahualam bishowab.
Semoga kita bisa menjadi orang tua yang baik untuk anak-anak. :)
BalasHapusNggih aamiiinnn.. matursuwun rajiinn BW kesinii..
Hapus